Hujan
datang lagi. Bahkan malam ini membuatku takut diatas selimut tipis dan sebuah
tikar. Sederas itukah kau datang? Bahkan di malam hari yang sunyi ini, kau
datang memekakan telingaku, menghantam tubuhku dengan hembusanmu. Aku penikmat
hujan, tapi aku juga penghujat hujan. Ironi memang. Tapi begitulah adanya.
Hujan
yang mengalir hari ini, seakan tak habisnya sendu ini memaknaimu, bahkan dalam tulisan
ini pun tak sanggup ku utarakan semuanya tentangmu. Romansa yang kau ciptakan
dalam pikiranku, memacu pompa jantungku, mengalirkan semua darahku sederas dirimu
saat malam ini, menggenang dan membanjiri pikiranku tentangmu. Kita memang tak
bisa mengelak saat hujan datang, dan menghentikan semau kita hujan tersebut.
Seperti rasa yang mengalir tentangmu pada malam ini.
Hujan
ini... aku tak bisa menghindarinya. Aku pula tak siap akan kedatangannya, aku
juga makin tak mampu menahan derasnya saat semilirnya menghantam dan merangsang
bulu kudukku. Memasrahkan kita akan sebuah harapan yang membuat kita terlena. Dan
begitulah hujan memerangkapkan kita dalam sebuah rasa yang membangkitkan asa
ini lagi. Hingga kita merasa terlelap dalam peraduan mimpiku dan mimpimu. Hingga
malam ini berakhir dan hujan itu pun berakhir.
Sebenarnya
aku pun masih ingin terpulas. Berharap menemukan secercah pelangi dari hujan
semalam. Namun hujan ini telah berakhir bersama malam ini. Scene yang paling
mengesalkan dimulai saat dirimu telah hilang namun menyisahkan banyak genangan.
Mengapa kau hanya menyisakanku becek yang kotor itu?
Cukup
sudah kau menggetarkan hatiku dan menghancurkannya lagi dengan tiap kepingan
sisa rintik yang kau sisakan di atap langitku. Aku harap scene ini segera
berakhir, dan membuatmu menghilang teruap oleh surya pagi hari.
Mentari
pagi membuatku hangat, terlebih lagi secangkir susu yang mengisi kekosonganku.
Aaaahhh....Aku
sudah punya secangkir susu.
Rasanya
manis, putih dan melegakan nurani. Seperti mentari pagi ini yang tak hentinya
menyapa dan menguatkanku.
Dan
akhirnya ku beranjak keluar dan menumbangkan semua impianku tentangmu. Terima
kasih pagi kau telah menyadarkanku J
Jangan
pernah berharap pelangi pada hujan malam hari...
SELAMAT
TINGGAL HUJAN MALAMKU...
Aku
suka melihatnya, tapi aku tak suka diguyurnya.
Aku
suka dinginnya, tapi aku tak suka rasa kantuk yang diberinya
Aku
suka bunyi rintik yang diberinya, tapi aku tak suka saat gemuruh dan riak
derasnya datang
Aku
suka tiap tetesan yang jatuh ke bumi, tapi aku tak suka melihat genangannya.
Becek,
hitam dan kotor....
Aku
tak bisa menghalangimu datang di malam hari..
Bahkan
bintang di langit pun tak berdaya menahanmu..
Tapi
aku punya kuasa akan hatiku...
Semoga
kamu tak lagi menahanku pergi bersama payung baruku...
Aku
harap, hujan pagi ini akan jauh lebih ramah...
Menyapaku
dengan pelanginya yang indah
0 komentar:
Posting Komentar